SITUS WARISAN BUDAYA MAKAM MBAH KUWU SANGKAN CIREBON

PETILASAN DI MAKAM MBAH KUWU SANGKAN


Makam Mbah Kuwu Sangkan terletak di desa cirebon girang kecamatan talun kabupaten cirebon. Mbah kuwu sangkan merupakan anak pertama dari Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subalarang. Mbah kuwu sangkan memiliki dua adik yang bernama Nyimas rarasantang dan Prabukiansantang dari pernikahannya dengan Nyimas Endang Geulis dianugrahi anak yang bernama Nyi Pakung Wati, sedangakan dari pernikahannya dengan Ratna Lilis diangrahi putra yang bernama Pangeran Abddurakhaman.
            Mbah kuwu Sangkan Memiliki lima nama yaitu pangeran Cakrabuana, Walasungsang Haji  Abdullah iman, Syekh Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon girang. Mbah Kuwu Sangkan adalah pelapor kebudayaan pasundan islam.dalam masa empat abad lamanya, menaklukan pajajaran dan keraton ayahandanya. Karena itu dia di beri gelar kehormatan Pangeran cakrabuana.
             Semasa mudanya bersama adik nyimas rarasantang pergio meninggalkan keraton pajajaran, karena mereka memiliki keyakinan yang  berbeda dengan ayaahnya.dalam menngembaranya,mereka berdua mencari guru yang sesuaai dengn petunjuk mimpinya. Mereka berdua mimpi bertemu  denngan nabi muhamad saw yang mengatakan agar mereka berdua agar mencari syariaat islam yang dapat menyelamatkan manusia diduniaa dan di akhirat.
            Pangeran Cakrabuana adalah orang yang kuat dalam catatan sejarah islam tanah pasundan, ia bukan sajja dikenal  penakluk dan panglima perang ulung dan sukses, tetapi juga memiliki kriteria pelaporan pengembangan ilmu pengettahuan dan peradaban yang sangat tinggi, ia senantiasa menarik perhatian besaar terhadap berbagi macam  ilmu pengetahuan, sastra dan seni buudaya melestarikan dan mengembangkankannya.
            Sebelum menjadi penguasa cirebon pangeran Cakrabuana menjabat sebagai  adipati atau kuwu di daerah cirrebon yang setiap bulannya mengirimkan upeti kepada kerajaan ayahnya dipajajaran. Lambat laun pangeran Cakrabuana menjadikan pusat pemerintahannya dijadikan kesultanan baru cirebon dan memisahkan diri dari wilayah kerajaan pajajaran,upeti kepada kerajaan pajajaran di hentikan
             Tidak membayar upeti membuat kerajaan pajajaran menjadi murka dan mengirimkan pasukannya untuk mengirimkan paskannya untuk menyerang dan menaklukan pangeran Cakrabuana, yang dianggap memberontak kepada kerajaan pajajaran, pasukan cirebon sangatlah kuat dan tidak bisa dikalahkan oleh pasukan pajajaran.
            Pangeran Cakrabuana mulai memimpin cirebon pada 1 Syuro tahun 1455 Masehi.pangeran Cakrabuana pada saat itu berusia 22 tahun.memang masih muda tetapi  mampu meengendalikan pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 Masehi hingga tahun 1479 Masehi.Sumber lain menyatakan bahwa Mbah Kuwu Sangkan merupakan raja pertama di  cirebon. Mbah  Kuwu Sangkan wafat pada tahun 1500-an  Masehi atau abad 16 awal. Sumber lain menjelaskan beliau wafat pada tahun 1529 masehi.
            Raden walasungsang atau mabah kuwu sangkan adalah pendiri kota cirebon. Yang menyebarkan  agama islam dikota cirebon. adalah beliau, beliau juga mempunyai beberapa gelar nama yaitu:
1.      Ki Shomadullah
            Dalam perjlananya mengembaranya yanng spiritual, beliau beristirahat dirumah ki Danuwarsih (seorang pendeta Budha). Beberapa hari kemudian datangllah Rarasantang adiknya yang juga sama dengan sama dengan raden Walasungsang yang meninggalkan keraton, yang mencari kakaknya (Walasungsang). Betaa bahagianya raden Walasungsang bertemu dengan adiknya Rarasantang raden Walasungsang langsung memeluk dan menciumnya. Akibatnya menimbulkan kecemburuan bagii Nyi Endang Geulis putri dari KI Danuwarsih. Ki Danuwarsih sendiri melhat tingkah laku putrinya, dan merestui putrinya mennikah dengan Raden Walasungsang.
             Bersama istri dan adiknya, Raden Walasungsang melanjutkan perjalanan. Kemudiaan mereka bermukim ditempat Syekh Datuk Kahfi untuk memperdalam agama islam. Di tempat tersebut, Raden Walasungsang diberi nama gelar Ki Shomadullah. Syekh Datuk Kahfi atau dikenal juga dengan nama Syekh Idhopi, beliau adalah penerus pemimpin pesantren  Amparan Jati di   Gunung Jati, menggantikan pemimpin pesantren yang sebelumnya dipimpin oleh Syekh Nur Jati.
2.      Mbah Kuwu Sangkan.
             Beliau dianjurkan oleh gurunya, Raden Walasungsang disuruh menemui Ki Gedeng Alang-alang atau ki Gede Pangalang-alang. Tujuannya untuk membuka daerah baru. Raden Walasngsang mendirikan sebuah Masjid yang diberi nama Sang Tajug Jalagrahan. Sebagai tanda atau simbol pusat keagamaan. Dan masjid tersebut dikenal dengan masjid Pajalagrahan.  Daerah baru yang dibuka tersebut, dulunya bernama Tegal Alang-alang, dan dikenal juga sebagai  kebon pesisir yang kelak dikenal sebagai peelabuhan Muara Jati. Dan lalu beliau memindahkan pusat pemukiman ke pendukuhan yang bernama Lemah Wungkuk.
             Dalam perkembangan selanjutnnya, dukuh Lemah Wungkuk menjadi sebuah kota dengan dukuh atau kampung lain disekitarnya, dan diberi nama Cirebon atau Grage. Raden Walasungsang dan Ki Gede Pengalang-alang adalah dwi tunggal  yang tidak bisa dipisahkan. Ki Gede Pengalang-alangg mendapatkan sebutan sebagai kuwu Cirebon I, sedangkan Raden Walasungsang juga mendapatkan sebutan sebagai kuwu Cirebon II, dan kuwu Cirebon II itu disebut dan dikenal dengan Mbah Kuwu Sangkan  Cirebon.
             Hari jadi Kota Cirebon ditandai pada tanggal 14 Kresna Paksa bulan caitra tahun 1367 saka atau bertepatan dengan 1 Muharam 849 Hijriah (8 April 1445).
3.      H. Abdul Imam
                  Raden Walasungsang dan Rarasantang dianjurkan oleh gurunya untuk pergi ke Tanah suci. Di Mekah (Tanah suci) ini, Raden Walasungsang diberi gelar nama menjadi Haji Abdullah Imam. Sedangkan adiknya juga diberi gelar yang bernama menjadi Haji Syarifah Muda’im.
            Kemudiaan adiknya Raden Walasungsang menikah dengan Maula Sultan Muhamad yang bergelar Syarif Abdullah keturunan Bani Hasyim putra Nurul Alim. Dan dari pernikahan tersebut, mereka memiliki anak yang bernama Maulana Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
            Raden Walasungsang sempat bernikum selama 3 (Tiga) bulan di Mekah (Tanah Suci) selama di Tanah Suci,  beliau belajar tasawuf dari Haji Bayanullah. Haji Bayanullah itu adalah seorang ulama yang sudah lama tiinggal di Haramain. Selanjutnya, Raden Walasungsang belajar fiqih didaera Bagdad
4.      Pangeran Cakra Buana
                 Kembali ketanah air, kemudian Raden Walasungsang membangun atau mendirikan rumah besar. Tetapi tak lama kemudiaan ada kabar bahwa kakeknya yang bernama Ki Gede Tapa ( ayah dari Subanglarang) wafat. Raden Walasungsang mendapatkan warisan berupa harta dan tahta di wilayah Mertasinga (Negeri Singapura), yang sebenarnya jatuh kepada Subanglarang ibunya.
            Sedangkan syahbandar Karawang  dan pesantren Quro diteruskan oleh cucunya yaitu Musanuddin. Musanuddin juga mempunyai beberapa nama gelar yaaitu Lebe Musa, Lebe Uca, Syekh Bentong atau Syekh Gentong. Lebe adalah gelar yang diberi oleh masyarakat yang diberikan oleh para penghulu agung. Banyak yang menyatakan bahwa Syekh Gentong adalah anak angkat Syekh Quro. Sedangkan penghulu pertama di Karawang Syekh Ahmad anak dari pernikahan antara Sekh Quro dengan Ratna Sundari.
            Raden Walasungsang tidak meneruskan kekasaanya di Mertasinga. Beliau memindahkan harta warisannya di kota Cirebon. Rumah besasr yang dimilikinya dijadikan tempat keraton, yang sekarang dikenal dengan nama keraton Pakngwati. Raden Walasngsang pun membentuk paskan sebagai pakuan, sebagai pakuan yang berdaulat, yang diberi nama Nagari Carubanlarang. Semenjak itu Raden Walasungsang  bergelar nama menjadi pangeran Cakra Buana atau Cakra Bumi. Raja pajajaran, Prabu Siliwangi merestui dengan memberikan gelar Sri Mangana, dan dianggap sebagai cara untuk melegestimasi kekuasaan Pangeran Cakra Buana.
5.      Mbah Kuwu Sangkan
            Kedatangan Syarif  Hidayatullah menandai era baru kekuasaan dan penyebaran agama islam di Jawa Barat. Setelah berguru di beberapa guru, kemudaan tiba di jawa. Dengan sepertujan sunan Ampel dan para wali lainnya disarankan untuk menyebarkan agama islam di tatar sunda. Syarif Hidayatullah  pergi ke caruban larangan dan bergabung dengan uwaknya.
JEJAK PENINGGALAN MBAH KUWU SANGKAN
1.      Makam keramat Mbah Kuwu Sangkan         
            Makam keramat Mbah Kuwu Sangkan di desa cirebon kecamatan talun, kabupaten cirebon selalu di banjiri peziarah. Kompleks makam tersebut selalu di  banjiri peziarah. Makam keramat tersebut merupakan situus berdirinya cirebon.
            Banyak peziarah yang rela menginap di kompleks makam keramat itu sejarawan cirebon, raden ahmad sopyan safari menyebutkan Mbah kuwu sangkan merupakan tokoh babad alas islam di crebon. Kompleks makam keramat mmbah kuwu sangkan cirebon itu menurutnya hanya petilasan,yakni jejak peningglan agama islaam Mbah Kuwu Sangkan alias Pangeran Cakrabuana. Dulunya padepokan itu milik gurunya Mbah Kuwu Sangkan..
2.      Bangunan
             Bangunan baru palinggihan ikhsanul kamil di depan situs makam Mbah kuwu cirebon terdapat sebuah bangunan berwarna merah dan  dikelilingi pagar bercorak khas islami bangunan tersebut di percayai sebagai tempat meditasi mbah kuwu sangkan untuk berinteraksi dengan allah swt, tempat tersebut dipakai untuk kuncen beritiikaf dan menerima tamu/ peziarah. Dan tempat inilah berkumpulnnya kuwu sekabupaten cirebon. Mereka juga senantiasa menggelar kegiatannya disana.termasuk memperingati haulnya mabah kuuwu maupunn hari jadi kota cirebon.
3.      Patung
            Di sekitar makam Mbah kuwu Sangkan terdapat patung macam dan kerbau, masing-masing patung diyakini memiliki makna dan dianggap sudah punah. Patung kerbau itu merupakan binataang pelihraan mbah kuwu semasa hidupnya, sedangkan patung macan sendiri melambangkan kerajaaan padjajaran yang tak lain kerajaan yang dipimpin oleh ayahnya prabusiliwangi. Menuruut kepercayaan setempat patung inilah yang menjaga makam Mbah kuwu.
4.      Masjid
            Di sebelah kiri situs ada sebbuah Masjid Al-ikhlas. Menurut Hendi warga setempat masjid itu dibangun pada saat (Alm) Bupati dedi berkuasa masjid itu menjadi bagian lain dari situs bersejarah Mbah Kuwu Sangkan
5.      Batu  misteri
            Batu  Gajah  apabila pengambilan gambar dari posisi bawah batu, maka akan nampak sesosok buaya yang tengah berjalan di atas batu, namun apabila dilhat dari posisi datar horizontal maka akan nampak seperti gajah , karena bentuknya yang sangat besar, sehingga warga di sekitar lokasi wisata ziarah menamainya dengn sebutan batu gaajah
            Batu perahu batu ini paling besar di bandingkan dengan batu-batu yang  lainnya. Batu ini kerap kali di jadikan sebagi ajang pencarian orang yaang ingin menenangkan pikiran, bagi mereka yang kerap kali dilanda masalah. Batu ini disebut  batu perahu karena letaknya yang tepat berada di pinggir kali kecil, banyak pengunjung  yang kerap kali mandi dan bersemedi di balik batu perahu ini
           
           
           

Tradisi yang sering di lakukan disetiap tahunya oleh masyarakat disekitar makam mbah kuwu sangakan adalah sebagai berikut:
·         Panjang  jimat (agenda yang dilakukan setiap tahun dalam memperingati Mullid Nabi Muhamad SAW )  panjang jimat itu memiliki makna tersendiri untuk menghormati para leluhur di Desa Cirebon Girang acara panjan jimat ini untuk mensyukuri nikmat Allah dan juga sebagai memperingati hari Kelahiran Nabi Muhamad SAW dan melaksanakan tradisi budaya serta menghormati para leluhurnya maka acara ini akan terus diperanngati dan dilaksanakan. Dalam adanya acara seperti ini guna mempromosikan atau memperkenalkkan situs cagar budaya Makam Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Mbah Kuwu Sangkan yang berada di desa Cirebon Girang kecammatan Talun kabupaten Cirebon. Acara ini dilaksanakan pada bulan Rabbiul Awal atau   Maulud tanggaal 18-19 Maulud, itu diisi dengan berbagai acara seperti arak-arakan yang dimulai dari Makam Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang Mennuju menuju Balai Desa dan kembali ketitik awal di Makam Keramat Mbah Kuwu Sangkan, ada juga acara arak-arakan benda pusaka Makam Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan ada juga acara Marhabanan yang diikuti oleh semua warga desa Cirebon Girang dan dari perwakilan dari Keraton Cirebon.
·         Perkumpulan Satu Suro merupakan tradisi yang mengumpulkan seluruh kuwu yang berada diwilayah cirebon.satu suro diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tanggal satu biasaya disebut mala satu suro, hal ini dikarenakan pergantiaan hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, dan bukan pada saat malam hari sebelumnya, dan juga bukan pada tengah malam. Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat jawa, hal ini dianggap keramat terlebih pada bila jatuh pada hari jumat legi. Untuk masyarakat pada malam satu Suro dilarang untuk kemana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain. Ada juga Tapa Bisu atau mengunci mulut yang tidak mengeluarkan kata-kata saat ritual ini yang dapat  dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakukannya selama satu tahun penuh menghadapi tahun baru diesokan aginya.
·         Sedekah bumi Tradisi yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur pada saat datangnya musim hujan dan pada saat acara ritual.  Acara sedekah bm ini diawali dengan arak-arakan sambil membawa tetenong (wadah makanan) yang berisi berbagai macam khas desa setempat menuju  lapangan desa yang berjarak 1 km. Tetenong dibawa oleh kaum laki-laki dengan cara dipikul  sedangkan kaum perempuan berjalan disampingnya membawa bekal yang akan dibutuhkan dalam  prosesi upacara sedekah bumi. Setibanya dilapangan, iring-iringan warga tersebut dipersilahkan memasuki tenda besar dan menempati lokasi yang telah disediakan untuk menyimpan tetenong mereka.
Sambil melepas lelah dan menunggu acara inti sedekah bumi digelar, masyarakat dihibur dengan sejumlah keseniaan tradisional yang dimainkan anak-anak desa setempat seperti pagelaran seni agklung, reog, hingga tari-tariaan rangkaian acara ritual sedekah bumi itu kemudiaan dilamjuti penyerahan padi dari perangkat desa kepada petani. Kemudiaan dilajuti dengan dacara doa bersama yang dipimpin oleh seorang ulama memanjatka syukur sekaligus memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk melimpahkan kesuburan tanah dan air termasuk kesejahteraan warga setempat. Usai memanjatkan doa, acara makan-makan pun dimulai. Satu persatu tetenong dibuka dan seluruh masyarakat yag hadir dipersediakan mengambil makanan dengan mengguaka takir yaitu wadah yang terbuat dari ayaman daun kelapa sebagai wadahnya. Dengan tertib warga mengambil dan menikmati  hidangan khas masyarakat setempat. ‘acara sedekah bumi ini sebagai refleksi sebagai permohonan lindungan dari tuhan sekaligus diungkapkan dalam kegiatan saling berbagi makanan terhadap sesama saudara kaum muslim makanan ini dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa membandang pangkat,jabatan maupun stasus sosial

Share:
                                            Bangunan bangunan yang ada dimakam mbah kuwu




Di sana terdapat dua buah makam yang merupakan pengikut Mbah Kuwu Sangkan.Dugaan kuat, pengikut itu adalah Maung Bodas dan Munding Bodas. Hal ini diperkuat dengan adanya patung maung dan munding (kerbau) di depan gerbang pintu masuk. Karena banyaknya peziarah, terutama di malam Jumat Kliwon, Makam Mbah Kuwu Sangkan tak pernah sepi pengunjung. Situs ini sendiri dikelola oleh tiga juru kunci secara bergantian. Apabila ada yang memiliki kehendak, biasanya peziarah menghubungi juru kunci untuk didoakan supaya kehendaknya terkabul.
Sementara itu, di bagian depan situs ada bangunan baru Palinggihan Ichsanul Kamil. Bangunan berwarna merah dan dikelilingi pagar bercorak khas Islam di wilayah Cirebon itu, merupakan tempat meditasi Mbah Kuwu Sangkan untuk berinteraksi dengan Tuhannya. Palinggihan sendiri berasal dari kata lungguh yang berarti duduk.Kini, tempat itu sudah direnovasi. Itulah tempat yang dibangun untuk berkumpulnya para kuwu se-Kabupaten Cirebon yang tergabung dalam Forum Kuwu Kabupaten Cirebon (FKKC). Mereka juga senantiasa menggelar kegiatannya di sana. Termasuk saat acara Haul Mbah Kuwu Sangkan ataupun saat Hari Jadi Kabupaten Cirebon.
Di sebelah kiri situs ada juga Masjid Al-Ikhlas. Menurut Hendi, warga setempat, masjid itu dibangun saat (Alm) Bupati Dedi berkuasa. Masjid itu menjadi bagian lain dari situs bersejarah Mbah Kuwu Sangkan. Karena, di area pemakaman Mbah Kuwu Sangkan itu pula terdapat masjid.
“Ya kalau tarawih atau hari raya, masjid itu menggelar sendiri-sendiri. Meski berdekatan tapi tidak saling menggangu,”
                                  Di makam mbah kuwu sangkan terdapat tiga makam batu,batu Ini biasa dikenal dengan batu gajah ,batu Sembilan dan batu perahu .Apabila pengambilan gambar dari posisi gajah maka akan Nampak sesosok buaya yang tengah berjalan diatas batu.Namun apabila diliat dari posisi datar horizontal maka akan nampak seperti gajak karena bentuk nya yang sangat besar sehingga warga disekitar lokasi wisata ziarah ini menamai nya dengan sebutan batu gajah .
Batu ini biasa disebut oleh warga sekitar dengan sebutan batu Sembilan .batu ini terletak disebuah bukit di petilasan makam mbah kuwu sangkan desa kerandon kecamatan talun ,kabupaten Cirebon.bentuknya mirip dengan batu nisa namun dipercaya memiliki sejarah yang panjang tentang situs makam mbah kuwu sangkan ini.
Batu perahu,nama sebutannya batu ini paling besar dibandingkan dengan batu batu yang lainnya.batu ini kerap kali dijadikan sebagai ajang pencarian orang yang ingin memenangkan pikiran ,bagi mereka yang kerap kali dilanda masalah.batu ini disebut batu perahu karena letaknya yang tepat berada di dipinggir kali kecil,banyak pengunjung yang kerap kali mandi dan bersemedi dibalik batu perahu ini.



Share:
Sejarah makam mbah kuwu


                                   Pada saat itu kami menginjakkan kaki dihalaman makam mbah kuwu sangkan tepatnya di daerah Cirebon girang ,kecamatan talun kabupaten Cirebon.disana saya bertemu dengan narasumber kunceng atau disebut dengan penjaga makam , dan saya melihat patung patung,ada seekor hewan disekitar makam .saya langsung melanjutkan observasi didaerah tersebut .inilah sejarah yang berada di makam mbah kuwu sangkan
                               Mbah Kuwu Sangkan Cirebon atau Raden Mas Walangsungsang ini adalah sulung dari Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subang Larang.Banyak orang yang masih mempercayai jika Mbah Kuwu Sangkan belum, meski bentuk fisik makamnya ada di beberapa tempat. Seperti di Gunung Sembung, Desa Astana yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Sunan Gunung Jati dan di Kampung Girang, Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Petilasannya bahkan sampai di tanah Dieng, Jawa Tengah.
Mbah Kuwu Sangkan ini konon masih sering mengembara. Mengunjungi tempat-tempat di mana dulunya ia pernah berdakwah dan  mensyiarkan agama Allah.Diantaranya, Majalengka, Kuningan, Indramayu, Sumedang, Subang, Bogor, Banten, Garut, Karawang bahkan hingga ke Madura untuk mengunjungi Makam Mbah Kholil.
Pengembaraan Mbah Kuwu Sangkan juga dinilai cukup unik. Mbah Kuwu Sangkan seringkali menyamar menjadi orang biasa yang mengaku dirinya adalah seorang musafir.
Namun, orang yang mampu melihat sosok Mbah Kuwu Sangkan ini merasakan adanya ilmu yang tidak biasa berada dalam diri Mbah Kuwu Sangkan.
Mbah Kuwu Sangkan juga terkenal akan kesaktiannya. Kesaktian yang dimilikinya diantranya Ajian Cakrabirawa, Ajian Pancawarna Tunggal Jati, Aji Waringin Sungsang dan sebagainya.
ajian-ajian inilah yang mampu menguatkan dakwahnya untuk menyebarkan islam jika diganggu oleh-oleh musuhnya.

Selain seorang waliyullah, Mbah Kuwu Sangkan juga seorang Umaroh, kepala pemerintahan. Ia sempat menjadi seorang raja di Kerajaan Caruban atau Cerbon pada sekitar 1445 M.

Saat memimpin kerajaan itu, usianya bahkan belum genap 22 tahun. Meski demikian, ia mampu memegang kendali kerajaan hingga 38 tahun lamanya. Ia dikenal sebagai salah satu raja yang kuat dalam sejarah islam Jawa Barat.

"Selain jadi Raja dia juga jadi Kuwu ke II Cerbon. Sebelumnya pada usia 17 tahun ia dan adiknya Lara Santang dan Kian Santang lari karena diusir dari Pajajaran akibat meluk agama Allah," kata Tohir.

Mbah Kuwu Sangkan, kata Tohir, kemudian lari ke Alas Banten. Tepatnya di wilayah yang kini didiami suku Baduy yang konon adalah keturunan asli dari Mbah Kuwu Sangkan.

Setelah menetap cukup lama di alas Banten, Mbah Kuwu Sangkan kemudian menemui Sanghyang Danuarsi di Gadog, Garut.


Disanalah Mbah Kuwu Sangkan berguru kepada Sanghyang Danuarsi yang merupakan penasehat Kerajaan Galuh. Sanghyang Danuarsi pun kemudian menikahkan Mbah Kuwu Sangkan dengan putri satu-satunya, yakni Endang Geulis.

"Dari pernikahan itu, Mbah Kuwu Sangka mendapatkan seorang putri. Namanya Dewi Pakungwati. Yang besarnya menikah dengan keponakan Mbah Kuwu Sangkan. Yaitu Sunan Gunungjati," katanya.

Untuk menyempurnakan agamanya, Mbah Kuwu Sangkan oleh Sanghyang Danuarsi diminta untuk menemui Syekh Dzatul Kahfi atau Syekh Nurjati di Amparan Jati atau yang disebut Gunung Jati.

Usai berguru dengan Syekh Nurjati ia disuruh untuk pergi menunaikan ibadah haji dan diberi gelar Syekh Mursyahadatillah atau Somadullah.

Dan cirebon merupakan salah satu daerah sentral penyebaran Islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat masyhur hanya mengenal Syarif Hidyatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar Islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon.

Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, tokoh babad alas Islam di Cirebon atau orang yang pertama kali membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan (lahir sekitar 1423 masehi).
Dalam berbagai literatur menurut Mahrus, Mbah Kuwu mempunyai 5 nama yaitu Pangeran Cakrabuana, Walang Sungsang, Haji Abdullah Iman, Syekh Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang itu sendiri.



Share:

Translate

Popular Posts

Recent Posts

Total Tayangan Halaman