Cirebon merupakan salah satu daerah
sentral penyebaran Islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat masyhur hanya
mengenal Syarif Hidyatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar
Islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon.meurut informasi, Mbah Kuwu
mempunyai 5 nama yaitu Pangeran Cakrabuana, Walang Sungsang, Haji Abdullah
Iman, Syekh Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang itu sendiri.
Mbah Kuwu Sangkan terlahir tiga
bersaudara, yakni Mbah Kuwu Sangkan, Raden Kiansantang, beserta Nyai
Rarasantang dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang.
Sebagai Putra Mahkota, Mbah Kuwu
mewarisi sifat kepemimpinan ayahandanya, Prabu Siliwangi. Hal ini terbukti dari
pencapaiannya yang berhasil menduduki takhta Cirebon di bawah Kerajaan Pasundan
yang saat itu dipimpin Raja Galuh, dan Mbah Kuwu merupakan raja pertama.
Perjuangan Mbah Kuwu membangun
Cirebon dan menyebarkan Islam dimulai pada usianya yang kala itu masih
menginjak 25 tahun. Ia mulai berdakwah, hingga mencapai puncaknya saat ia
menduduki singgasana kerajaan Cirebon, dari situ ia memiliki kekuatan untuk
memperluas wilayah dakwahnya.
Semasa hidup, Mbah Kuwu memiliki dua
istri, yakni Nyi Endang Golis dan Nyai Ratna Lilis. Dari pernikahannya dengan
Nyi Endang Golis dianugerahi keturunan Nyi Pakung Wati yang kelak menjadi salah
satu pendamping Syekh Syarif Hidayatullah.
Syekh Syarif Hidayatullah
sendiri merupakan putra dari Nyai Rarasantang, adik Mbah Kuwu Sangkan.
Sedangkan dari pernikahannya dengan Nyai Ratna Lilis dianugerahi seorang putra
bernama Pangeran Abdurrokhman.
Menurut beberapa informasi yang di
dapat, Mbah Kuwu Sangkan menyukai sejumlah hewan, yakni kucing Candra Mawa,
Macan Samba, dan Kebo Dongkol Bule Karone. Ketiga hewan tersebut diyakini sudah
punah dan sekarang menurut kepercayaan orang setempat ketiga hewan itulah yang
menjaga makam Mbah Kuwu dan sebagai penghormatan warga setempat membuatkan
ketiga patung hewan tersebut di sekitaran makam.
Bentuk dari ketiga hewan tersebut
dapat dilihat pada patung-patung hewan yang ada di sekitar lokasi makam. Mbah
kuwu menetap di daerah Cirebon Girang, Talun sampai akhir hayatnya pada tahun
1500-an Masehi atau abad 16 awal dan Sumber sejarah lain menyebut, Mbah Kuwu
Sangkan wafat tahun 1529 Masehi.
Lokasinya sendiri berada di Desa
Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Karena jauh dari
hiruk-pikuk masyarakat perkotaan, suasana di sana sangat pas untuk
meditasi, berdoa dan juga ziarah.
Para penduduk di sekitarpun sangat
ramah,tak heran, banyak orang melakukan tirakat atau menginap di sana untuk
berzikir dan bertawasulan. Tempat ini juga menjadi lokasi tepat sebagai
destinasi wisata religi yang cukup ramai dikunjungi selain Astana Gunung Djati.
Salah seorang juru kunci Situs Makam Mbah Kuwu Sangkan, bapak
Anas, mengatakan bahwa di situs tersebut masih menjadi magnet bagi para
peziarah. Umumnya, yang datang ke situs memiliki maksud dan tujuan
berbeda-beda. Selain itu, magnet yang tak kalah penting adalah nilai
historisnya.
Historis dari Makam Mbah Kuwu Sangkan memiliki banyak versi.
Ada yang menyebutkan Mbah Kuwu Sangkan adalah Mbah Kuwu Cirebon. Yaitu salah
satu petilasan dari Pangeran Walangsungsang yang tak lain adalah pendiri Babad
Cirebon. Maka, tak heran jika masyarakat banyak yang berdatangan berziarah ke
Sang Pendiri Cirebon. “Harapanya mendapatkan keberkahan melalui perantara Mbah
Kuwu Sangkan,” terangnya.
Dede
prayuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar