SITUS WARISAN BUDAYA MAKAM MBAH KUWU SANGKAN CIREBON

Sejarah Pangeran Cakrabuwana/Mbah Kuwu Sangkan



Cirebon merupakan salah satu daerah sentral penyebaran islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat hanya mengenal Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, tokoh babad islam di Cirebon atau orang yang pertama membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan. Mbah Kuwu Sangkan merupakan paman dari Syarif  Hidayatullah.
 Mbah Kuwu Sangkan atau yang dikenal Pangeran Cakrabuwana,  lahir pada tahun 1423 Masehi. Mbah Kuwu Sangkan merupakan anak pertama dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subalarang.  Ibu Pangeran Cakrabuwana sendiri merupakan santri dari pesantren Syekh Quro Karawang. Mbah Kuwu Sangkan memiliki dua adik yang bernama Nyi Mas Rarasantang dan Prabu Kian Santang. Sebagai Putra Mahkota, Mbah Kuwu mewarisi sifat kepemimpinan ayahandanya yaitu prabu siliwangi. Hal ini terbukti dari pencapainnya yang berhasil menduduki takhta Cirebon dibawah kerajaan Pasundan yang saat itu dipimpin Raja Galuh, dan Mbah Kuwu Sangkan merupakan raja pertama. Perjuangan Mbah Kuwu membangun Cirebon dan menyebarkan islam dimulai pada usianya yang kala itu masih menginjak 22 tahun. Ia mulai berdakwah, hingga mencapai puncaknya saat itu menduduki singgasana kerajaan Cirebon, dari situ memiliki kekuatan untuk memperluas wilayah dakwahnya. Kekuatan yang dimiliki diantaranya Ajian Cakrabiwara, Ajian Pancawarna Tunggal Jati, Aji Waringin Sungsang dan sebagainya. Pangeran cakrabuwana mulai memerintah Cirebon 1 suro tahun 1445 Masehi. Memang masih muda tetapai ia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 masehi hingga tahun 1479 Masehi.
Mbah Kuwu juga memiliki kriteria kepeloporan pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban yang sangat tinggi. Ia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya. Ia dididik Ilmu Kemiliteran, politik dan kesaktian sejak kecil. Demi mencerdaskan anaknya, ia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama islam, Sastra, Falak, dan kesaktian. Mereka adalah Syekh Quratullain, Syekh Nurjati, Syekh Bayanillah, Ki Gde Danuwarsi, Ki Gde Naga Kumbang, dan Ki Gde Bango Cangak. Dakwah islam mulai menyebar luas didaerah Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Karawang, Priangan, Bogor yang kemudian mengalir ke Banten. Dari proses dakwah tersebut, wilayah keraton Cirebon menjadi satu antara bagian utara dan selatan, antara Cirebon dan Banten. Kemudian, ibu kota kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk. Di sana lalu didirikan keraton baru yang dinamakan Keraton Pakungwati.
Semasa hidupnya , Mbah kuwu sendiri memiliki dua istri, yakni Nyimas Endang geulis dan Ratna Lilis. Dari pernikahannya dengan Nyimas Endang geulis dianugerahi anak yang bernama Nyi Pakung Wati yang kelak menjadi pendamping Syekh Syarif Hidayatullah, Syekh Syarif Hidayatullah sendiri merupakan putra dari Nyai Rarasantang, adik Mbah Kuwu Sangkan. Sedangkan dari pernikahannnya dengan Ratna lilis dianugrahi seorang putra yang bernama Pangeran Abdurokhman, Mbah Kuwu ini bukan nama asli melainkan sebuah gelar, menurut juru kunci Mbah Kuwu ini memiliki nama lahir Raden Walasungsang dan mempunyai 4 nama lainnya yaitu Cakrabuana, Haji Abdullah Iman , Syekh Somadullah dan Mbah Kuwu Sangkan tersebut, Maksud dari gelar Mbah Kuwu Sangkan yaitu Raden Walasungsang merupakan orang yang mendirikan tanah cirebon dan menjadi kuwu pertama. Peranan Mbah Kuwu Sangkan yaitu mengislamkan orang yang ada di pedalaman cirebon.
                                                  


Share:

8 komentar:

Translate

Popular Posts

Recent Posts

Total Tayangan Halaman