Makam Mbah Kuwu Sangkan terletak di desa
cirebon girang kecamatan talun kabupaten cirebon. Mbah kuwu sangkan merupakan
anak pertama dari Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subalarang. Mbah kuwu sangkan
memiliki dua adik yang bernama Nyimas rarasantang dan Prabukiansantang dari
pernikahannya dengan Nyimas Endang Geulis dianugrahi anak yang bernama Nyi
Pakung Wati, sedangakan dari pernikahannya dengan Ratna Lilis diangrahi putra
yang bernama Pangeran Abddurakhaman.
Mbah
kuwu Sangkan Memiliki lima nama yaitu pangeran Cakrabuana, Walasungsang
Haji Abdullah iman, Syekh Somadullah,
dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon girang. Mbah Kuwu Sangkan adalah pelapor
kebudayaan pasundan islam.dalam masa empat abad lamanya, menaklukan pajajaran
dan keraton ayahandanya. Karena itu dia di beri gelar kehormatan Pangeran
cakrabuana.
Semasa mudanya bersama
adik nyimas rarasantang pergio meninggalkan keraton pajajaran, karena mereka
memiliki keyakinan yang berbeda dengan
ayaahnya.dalam menngembaranya,mereka berdua mencari guru yang sesuaai dengn
petunjuk mimpinya. Mereka berdua mimpi bertemu
denngan nabi muhamad saw yang mengatakan agar mereka berdua agar mencari
syariaat islam yang dapat menyelamatkan manusia diduniaa dan di akhirat.
Pangeran
Cakrabuana adalah orang yang kuat dalam catatan sejarah islam tanah pasundan,
ia bukan sajja dikenal penakluk dan
panglima perang ulung dan sukses, tetapi juga memiliki kriteria pelaporan
pengembangan ilmu pengettahuan dan peradaban yang sangat tinggi, ia senantiasa
menarik perhatian besaar terhadap berbagi macam
ilmu pengetahuan, sastra dan seni buudaya melestarikan dan
mengembangkankannya.
Sebelum
menjadi penguasa cirebon pangeran Cakrabuana menjabat sebagai adipati atau kuwu di daerah cirrebon yang setiap
bulannya mengirimkan upeti kepada kerajaan ayahnya dipajajaran. Lambat laun
pangeran Cakrabuana menjadikan pusat pemerintahannya dijadikan kesultanan baru
cirebon dan memisahkan diri dari wilayah kerajaan pajajaran,upeti kepada kerajaan
pajajaran di hentikan
Tidak membayar upeti membuat kerajaan
pajajaran menjadi murka dan mengirimkan pasukannya untuk mengirimkan paskannya
untuk menyerang dan menaklukan pangeran Cakrabuana, yang dianggap memberontak kepada
kerajaan pajajaran, pasukan cirebon sangatlah kuat dan tidak bisa dikalahkan
oleh pasukan pajajaran.
Pangeran
Cakrabuana mulai memimpin cirebon pada 1 Syuro tahun 1455 Masehi.pangeran
Cakrabuana pada saat itu berusia 22 tahun.memang masih muda tetapi mampu meengendalikan pemerintahan selama 38
tahun sejak tahun 1445 Masehi hingga tahun 1479 Masehi.Sumber lain menyatakan
bahwa Mbah Kuwu Sangkan merupakan raja pertama di cirebon. Mbah
Kuwu Sangkan wafat pada tahun 1500-an
Masehi atau abad 16 awal. Sumber lain menjelaskan beliau wafat pada
tahun 1529 masehi.
Raden walasungsang atau mabah kuwu
sangkan adalah pendiri kota cirebon. Yang menyebarkan agama islam dikota cirebon. adalah beliau,
beliau juga mempunyai beberapa gelar nama yaitu:
1. Ki
Shomadullah
Dalam perjlananya mengembaranya
yanng spiritual, beliau beristirahat dirumah ki Danuwarsih (seorang pendeta
Budha). Beberapa hari kemudian datangllah Rarasantang adiknya yang juga sama
dengan sama dengan raden Walasungsang yang meninggalkan keraton, yang mencari
kakaknya (Walasungsang). Betaa bahagianya raden Walasungsang bertemu dengan
adiknya Rarasantang raden Walasungsang langsung memeluk dan menciumnya.
Akibatnya menimbulkan kecemburuan bagii Nyi Endang Geulis putri dari KI
Danuwarsih. Ki Danuwarsih sendiri melhat tingkah laku putrinya, dan merestui
putrinya mennikah dengan Raden Walasungsang.
Bersama istri dan adiknya, Raden Walasungsang
melanjutkan perjalanan. Kemudiaan mereka bermukim ditempat Syekh Datuk Kahfi
untuk memperdalam agama islam. Di tempat tersebut, Raden Walasungsang diberi
nama gelar Ki Shomadullah. Syekh Datuk Kahfi atau dikenal juga dengan nama
Syekh Idhopi, beliau adalah penerus pemimpin pesantren Amparan Jati di Gunung Jati, menggantikan pemimpin pesantren
yang sebelumnya dipimpin oleh Syekh Nur Jati.
2. Mbah
Kuwu Sangkan.
Beliau dianjurkan oleh gurunya, Raden
Walasungsang disuruh menemui Ki Gedeng Alang-alang atau ki Gede
Pangalang-alang. Tujuannya untuk membuka daerah baru. Raden Walasngsang
mendirikan sebuah Masjid yang diberi nama Sang Tajug Jalagrahan. Sebagai tanda
atau simbol pusat keagamaan. Dan masjid tersebut dikenal dengan masjid
Pajalagrahan. Daerah baru yang dibuka
tersebut, dulunya bernama Tegal Alang-alang, dan dikenal juga sebagai kebon pesisir yang kelak dikenal sebagai
peelabuhan Muara Jati. Dan lalu beliau memindahkan pusat pemukiman ke
pendukuhan yang bernama Lemah Wungkuk.
Dalam perkembangan selanjutnnya, dukuh Lemah
Wungkuk menjadi sebuah kota dengan dukuh atau kampung lain disekitarnya, dan
diberi nama Cirebon atau Grage. Raden Walasungsang dan Ki Gede Pengalang-alang
adalah dwi tunggal yang tidak bisa
dipisahkan. Ki Gede Pengalang-alangg mendapatkan sebutan sebagai kuwu Cirebon
I, sedangkan Raden Walasungsang juga mendapatkan sebutan sebagai kuwu Cirebon
II, dan kuwu Cirebon II itu disebut dan dikenal dengan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.
Hari jadi Kota Cirebon ditandai pada tanggal
14 Kresna Paksa bulan caitra tahun 1367 saka atau bertepatan dengan 1 Muharam
849 Hijriah (8 April 1445).
3. H.
Abdul Imam
Raden
Walasungsang dan Rarasantang dianjurkan oleh gurunya untuk pergi ke Tanah suci.
Di Mekah (Tanah suci) ini, Raden Walasungsang diberi gelar nama menjadi Haji
Abdullah Imam. Sedangkan adiknya juga diberi gelar yang bernama menjadi Haji
Syarifah Muda’im.
Kemudiaan adiknya Raden Walasungsang
menikah dengan Maula Sultan Muhamad yang bergelar Syarif Abdullah keturunan
Bani Hasyim putra Nurul Alim. Dan dari pernikahan tersebut, mereka memiliki
anak yang bernama Maulana Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung
Jati.
Raden Walasungsang sempat bernikum
selama 3 (Tiga) bulan di Mekah (Tanah Suci) selama di Tanah Suci, beliau belajar tasawuf dari Haji Bayanullah.
Haji Bayanullah itu adalah seorang ulama yang sudah lama tiinggal di Haramain.
Selanjutnya, Raden Walasungsang belajar fiqih didaera Bagdad
4. Pangeran Cakra Buana
Kembali ketanah air, kemudian Raden
Walasungsang membangun atau mendirikan rumah besar. Tetapi tak lama kemudiaan
ada kabar bahwa kakeknya yang bernama Ki Gede Tapa ( ayah dari Subanglarang)
wafat. Raden Walasungsang mendapatkan warisan berupa harta dan tahta di wilayah
Mertasinga (Negeri Singapura), yang sebenarnya jatuh kepada Subanglarang
ibunya.
Sedangkan syahbandar Karawang dan pesantren Quro diteruskan oleh cucunya
yaitu Musanuddin. Musanuddin juga mempunyai beberapa nama gelar yaaitu Lebe
Musa, Lebe Uca, Syekh Bentong atau Syekh Gentong. Lebe adalah gelar yang diberi
oleh masyarakat yang diberikan oleh para penghulu agung. Banyak yang menyatakan
bahwa Syekh Gentong adalah anak angkat Syekh Quro. Sedangkan penghulu pertama
di Karawang Syekh Ahmad anak dari pernikahan antara Sekh Quro dengan Ratna
Sundari.
Raden Walasungsang tidak meneruskan
kekasaanya di Mertasinga. Beliau memindahkan harta warisannya di kota Cirebon.
Rumah besasr yang dimilikinya dijadikan tempat keraton, yang sekarang dikenal
dengan nama keraton Pakngwati. Raden Walasngsang pun membentuk paskan sebagai
pakuan, sebagai pakuan yang berdaulat, yang diberi nama Nagari Carubanlarang.
Semenjak itu Raden Walasungsang bergelar
nama menjadi pangeran Cakra Buana atau Cakra Bumi. Raja pajajaran, Prabu
Siliwangi merestui dengan memberikan gelar Sri Mangana, dan dianggap sebagai
cara untuk melegestimasi kekuasaan Pangeran Cakra Buana.
5.
Mbah Kuwu Sangkan
Kedatangan Syarif
Hidayatullah menandai era baru kekuasaan dan penyebaran agama islam di
Jawa Barat. Setelah berguru di beberapa guru, kemudaan tiba di jawa. Dengan sepertujan
sunan Ampel dan para wali lainnya disarankan untuk menyebarkan agama islam di
tatar sunda. Syarif Hidayatullah pergi
ke caruban larangan dan bergabung dengan uwaknya.
JEJAK
PENINGGALAN MBAH KUWU SANGKAN
1. Makam keramat Mbah Kuwu Sangkan
Makam
keramat Mbah Kuwu Sangkan di desa cirebon kecamatan talun, kabupaten cirebon
selalu di banjiri peziarah. Kompleks makam tersebut selalu di banjiri peziarah. Makam keramat tersebut merupakan situus
berdirinya cirebon.
Banyak peziarah yang rela menginap di
kompleks makam keramat itu sejarawan cirebon, raden ahmad sopyan safari
menyebutkan Mbah kuwu sangkan merupakan tokoh babad alas islam di crebon. Kompleks makam keramat mmbah kuwu sangkan
cirebon itu menurutnya hanya petilasan,yakni jejak peningglan agama islaam Mbah
Kuwu Sangkan alias Pangeran Cakrabuana. Dulunya padepokan itu milik gurunya Mbah
Kuwu Sangkan..
2. Bangunan
Bangunan baru palinggihan ikhsanul kamil
di depan situs makam Mbah kuwu cirebon terdapat sebuah bangunan berwarna merah
dan dikelilingi pagar bercorak khas
islami bangunan tersebut di percayai sebagai tempat meditasi mbah kuwu sangkan
untuk berinteraksi dengan allah swt, tempat tersebut dipakai untuk kuncen
beritiikaf dan menerima tamu/ peziarah. Dan tempat inilah berkumpulnnya kuwu
sekabupaten cirebon. Mereka
juga senantiasa menggelar kegiatannya disana.termasuk memperingati haulnya
mabah kuuwu maupunn hari jadi kota cirebon.
3. Patung
Di sekitar makam Mbah kuwu Sangkan
terdapat patung macam dan kerbau, masing-masing patung diyakini memiliki makna
dan dianggap sudah punah. Patung kerbau itu merupakan binataang
pelihraan mbah kuwu semasa hidupnya, sedangkan patung macan sendiri
melambangkan kerajaaan padjajaran yang tak lain kerajaan yang dipimpin oleh
ayahnya prabusiliwangi. Menuruut
kepercayaan setempat patung inilah yang menjaga makam Mbah kuwu.
4. Masjid
Di sebelah kiri situs ada sebbuah Masjid
Al-ikhlas. Menurut
Hendi warga setempat masjid itu dibangun pada saat (Alm) Bupati dedi berkuasa
masjid itu menjadi bagian lain dari situs bersejarah Mbah Kuwu Sangkan
5. Batu misteri
Batu Gajah
apabila pengambilan gambar dari posisi bawah batu, maka akan nampak
sesosok buaya yang tengah berjalan di atas batu, namun apabila dilhat dari
posisi datar horizontal maka akan nampak seperti gajah , karena bentuknya yang
sangat besar, sehingga warga di sekitar lokasi wisata ziarah menamainya dengn
sebutan batu gaajah
Batu perahu batu ini paling besar di
bandingkan dengan batu-batu yang
lainnya. Batu
ini kerap kali di jadikan sebagi ajang pencarian orang yaang ingin menenangkan
pikiran, bagi mereka yang kerap kali dilanda masalah. Batu ini disebut batu perahu karena letaknya yang tepat berada
di pinggir kali kecil, banyak pengunjung
yang kerap kali mandi dan bersemedi di balik batu perahu ini
Tradisi yang sering di lakukan disetiap
tahunya oleh masyarakat disekitar makam mbah kuwu sangakan adalah sebagai
berikut:
·
Panjang jimat (agenda yang dilakukan setiap tahun
dalam memperingati Mullid Nabi Muhamad SAW ) panjang jimat itu memiliki makna tersendiri
untuk menghormati para leluhur di Desa Cirebon Girang acara panjan jimat ini
untuk mensyukuri nikmat Allah dan juga sebagai memperingati hari Kelahiran Nabi
Muhamad SAW dan melaksanakan tradisi budaya serta menghormati para leluhurnya
maka acara ini akan terus diperanngati dan dilaksanakan. Dalam adanya acara seperti ini guna
mempromosikan atau memperkenalkkan situs cagar budaya Makam Keramat Talun Mbah
Kuwu Sangkan Mbah Kuwu Sangkan yang berada di desa Cirebon Girang kecammatan
Talun kabupaten Cirebon. Acara ini dilaksanakan pada bulan Rabbiul
Awal atau Maulud tanggaal 18-19 Maulud,
itu diisi dengan berbagai acara seperti arak-arakan yang dimulai dari Makam
Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang Mennuju menuju Balai Desa dan
kembali ketitik awal di Makam Keramat Mbah Kuwu Sangkan, ada juga acara
arak-arakan benda pusaka Makam Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan ada juga acara
Marhabanan yang diikuti oleh semua warga desa Cirebon Girang dan dari
perwakilan dari Keraton Cirebon.
·
Perkumpulan
Satu Suro merupakan tradisi yang mengumpulkan seluruh kuwu yang berada
diwilayah cirebon.satu suro diperingati pada malam hari setelah magrib pada
hari sebelum tanggal satu biasaya disebut mala satu suro, hal ini dikarenakan
pergantiaan hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya,
dan bukan pada saat malam hari sebelumnya, dan juga bukan pada tengah malam. Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam
masyarakat jawa, hal ini dianggap keramat terlebih pada bila jatuh pada hari
jumat legi. Untuk
masyarakat pada malam satu Suro dilarang untuk kemana-mana kecuali untuk berdoa
ataupun melakukan ibadah lain. Ada juga Tapa Bisu atau mengunci mulut
yang tidak mengeluarkan kata-kata saat ritual ini yang dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri,
berkaca pada diri atas apa yang dilakukannya selama satu tahun penuh menghadapi
tahun baru diesokan aginya.
·
Sedekah
bumi Tradisi yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur pada saat datangnya
musim hujan dan pada saat acara ritual. Acara sedekah bm ini diawali dengan
arak-arakan sambil membawa tetenong (wadah makanan) yang berisi berbagai macam
khas desa setempat menuju lapangan desa
yang berjarak 1 km. Tetenong
dibawa oleh kaum laki-laki dengan cara dipikul
sedangkan kaum perempuan berjalan disampingnya membawa bekal yang akan
dibutuhkan dalam prosesi upacara sedekah
bumi. Setibanya
dilapangan, iring-iringan warga tersebut dipersilahkan memasuki tenda besar dan
menempati lokasi yang telah disediakan untuk menyimpan tetenong mereka.
Sambil melepas lelah dan menunggu acara
inti sedekah bumi digelar, masyarakat dihibur dengan sejumlah keseniaan
tradisional yang dimainkan anak-anak desa setempat seperti pagelaran seni
agklung, reog, hingga tari-tariaan rangkaian acara ritual sedekah bumi itu
kemudiaan dilamjuti penyerahan padi dari perangkat desa kepada petani. Kemudiaan dilajuti dengan dacara doa
bersama yang dipimpin oleh seorang ulama memanjatka syukur sekaligus memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk melimpahkan kesuburan tanah dan air termasuk
kesejahteraan warga setempat. Usai memanjatkan doa, acara makan-makan
pun dimulai. Satu
persatu tetenong dibuka dan seluruh masyarakat yag hadir dipersediakan
mengambil makanan dengan mengguaka takir yaitu wadah yang terbuat dari ayaman
daun kelapa sebagai wadahnya. Dengan tertib warga mengambil dan
menikmati hidangan khas masyarakat
setempat. ‘acara sedekah bumi ini sebagai refleksi sebagai permohonan lindungan
dari tuhan sekaligus diungkapkan dalam kegiatan saling berbagi makanan terhadap
sesama saudara kaum muslim makanan ini dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa
membandang pangkat,jabatan maupun stasus sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar