Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Cakra Buana wafat pada tahun 1500-an Masehi
atau abad 16 awal. Sumber lainpun menjelaskan beliau wafat pada tahun 1529
Masehi dan dimakamkan di Talun Cirebon Jawa Barat. Kata Talun ini memiliki arti
yaitu “Tahalul” yang artinya tempat orang melaksanakan tahlilan. Tidak lengkap
rasanya jika spiritualitas tidak ditambah dengan ziarah. Lokasinya berada di
Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, kabupaten Cirebon. Karena jauh dari
hiruk-pikuk masyarakat perkotaan, suasana disana sangat pas untuk meditasi,
berdoa juga berziarah. Tak heran jika Makam mbah kuwu sangat dihormati dan
dikeramatkan oleh masyarakat Cirebon dan luar Cirebon, terbukti dengan selalu ramainya
para peziarah dari luar daerah.
Pada hari tertentu seperti hari besar umat islam makamnya sangat padat
dikunjungi peziarah dari pulau jawa maupun dari luar pulau jawa, dan banyak
juga orang melakukan tirakat atau menginap. Tempat ini juga menjadi lokasi
tepat sebagai destinasi wisata religi yang cukup ramai dikunjungi selain Astana
Gunung Djati. Walaupun sudah tidak
menjadi seorang pemimpin dan telah berpulang kerahmatullah, tetapi Pangeran
Cakrabuwana masih bisa menghidupi rakyatnya sampai sekarang, dilihat dengan
banyaknya pengunjung yang berziarah berarti pendapatan ekonomi masyarakat dan
daerah terbantu. Peziarah yang datang tidak hanya ingin melihat dari dekat
kondisi kompleks makam yang konon dikeramatkan masyarakat, tetapi ada juga yang
melakukan shalat, berzikir, menyepi atau bahkan mencari wangsit hingga
berhari-hari. Sebagian besar dari mereka percaya jika melakukan kegiatan yang
bersifat religi ditempat tersebut akan mendapat barokah.
Peziarah yang yang mengunjungi tempat keramat, termasuk mereka yang datang
ke makam keramat mbah kuwu sangkan pada umumnya dilandasi oleh niat, tujuan
yang didorong oleh kemauan batin yang mantap. Berdasarkan kenyataan dilapangan
terdapat berbagai macam motivasi para peziarah datang kemakam keramat tersebut.
Salah satu diantara motivasi peziarah datang berkunjung kemakam Mbah Kuwu sangkan
adalah untuk menenangkan batin. Motivasi ini didukung oleh persepsi yang
menyebutkan bahwa Makam Mbah Kuwu Sangkan itu adalah tempat yang sakral. Para
peziarah merasa menemukan tempat yang cocok dengan maksud atau niat mereka
datang ketempat itu, Yang dilakukan masyarakat ketika kemakam biasanya ia
berpuasa selama 37 hari, melakukan shalat malam atau shalat tasbih, kemudian
dzikir. Setelah melakukan beberapa kegiatan tersebut melaksanakan wirid
diantaranya : Wirid sebelum shalat fardu (qobliyah) dan sesudah shalat fardu
(ba’diyah) yang lima waktu, yaitu 2 s/d 4 rakaat sebelum dan sesudah shalat
isya 2 s/d 4 rakaat sebelum dan sesudah shalat dzuhur 2 s/d 4 rakaat sebelum
shalat ashar.
Sesudah matahari naik sepenggal kira-kira pukul 06.00 shalat Isroq,
Isti’adah dan Istikharah. Shalat duha yang waktunya kurang lebih sampai pukul
11.00 sebanyak 8 rakaat shalat tasbih, dilakukan setiap malam shalat yang
merupakan bagian penutup diteruskan dengan wirid dzikir sebanyak-banyaknya.
Setelah sholat magrib dilakukan wirid Dzikir sekurang-kurangnya 165 kali,
dilanjutkan dengan khotaman dan witir-witir lainnya sampai waktunya shalat
isya. Kemudian dilakukan shalat malam hari yaitu, shalat Tahiyatul Masjid dan
Syukrul wudhu sebelum kering air wudhu, shalat hajat yang lebih baik
dilaksanakan dimalam hari, shalat taubat yang gunanya untuk mencuci dosa yang
telah diperbuat oleh manusia, shalat tahajjud yaitu selama 40 malam dan mandi
40 kali tiap malam , 40 malam melek, 40 hari berpuasa, 40 hari tidak makan
nasi, 40 hari tidak makan garam, 40 hari hanya minum air putih (tidak meminum air
yang berwarna atau berasa) itu salah satu yang dilakukan warga jika suatu
keinginanya tercapai.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterimakasih infonya wawasan saya jadi bertambah
BalasHapusiya sama saya juga jadi bertambah wawasannya
BalasHapusTerimakasih infonya 😊
BalasHapus