SITUS WARISAN BUDAYA MAKAM MBAH KUWU SANGKAN CIREBON

Tradisi Tahunan Makam Mbah Kuwu Sangkan Talun



Tradisi yang sering dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat sekitar Makam Mbah Kuwu Sangkan adalah sebaia barikut :
·         Panjang Jimat (agenda tahunan setiap memperingati maulid Nabi Muhammad SAW) panjang jimat punya makna untuk menghormati para leluhur di Desa Cirebon Girang acara panjang jimat ini untuk mensyukuri nikmat Allah dan juga sebagai memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dan melaksanakan tradisi budaya serta menghormati para leluhur maka acara ini akan terus diperingati dan dilaksanakan. Adanya acara seperti ini juga guna mempromosikan atau memperkenalkan situs cagar budaya Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Cirebon  Girang keseluruh warga Cirebon Jawa Barat dan umumnya seluruh warga indonesia. Acara ini dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal atau Maulud tanggal 18-19 maulud, itu diisi dengan berbagai acara seperti arak-arakan yang dimulai dari Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang menuju Balai Desa dan kembali ketitik awal di Makam Kramat Mbah Kuwu Sangkan, arak-arakan benda pusaka Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan dan acara Marhabanan yang diikuti oleh semua warga Desa Cirebon Girang dan Perwakilan dari keraton Cirebon.

·         Perkumpulan Satu Suro : merupakan tradisi yang mengumpulkan seluruh kuwu yang ada diwilayah Cirebon. Satu suro diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tanggal satu biasanya disebut malam satu suro, hal ini karena pergantian hari jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada malam hari sebelumnya, dan juga bukan pada tengah malam. Satu suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat jawa, hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh pada jumat legi. untuk masyarakat pada malam satu suro dilarang untuk kemana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain. ada juga Tapa Bisu atau mengunci mulut yaitu tidak mengeluarkan kata-kata saat ritual ini. Yang dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya selama satu tahun penuh, menghadapi tahun baru diesokan paginya.

·         Sedekah Bumi : Tradisi yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur pada saat datangnya musim hujan  pada saat ritual. Acara Sedekah Bumi ini diawali dengan arak-arakan sambil membawa tetenong(wadah makanan) berisi berbagai macam makanan khas desa setempat menuju lapangan desa yang berjarak 1km. Tetenong dibawa kaum laki-laki dengan cara dipikul sedangkan kaum perempuan berjalan disampingnya membawa bekal yang dibutuhkan dalam prosesi upacara sedekah bumi. Setibanya dilapangan, iring-iringan warga tersebut dipersilahkan memasuki tenda besar dan menempati lokasi yang telah ditentukan untuk menyimpan tetenong mereka. Sambil melepas lelah dan menunggu acara inti sedekah bumi digelar, masyarakat dihibur dengan sejumlah kesenian tradisional yang dimainkan anak-anak desa setempat seperti pagelaran seni angklung, reog hingga tari-tarian. Rangkaian acara ritual sedekah bumi itu kemudian dilanjuti penyerahan padi dari perangkat desa kepada petani. Kemudian dilanjuti acara doa bersama yang dipimpin oleh seorang ulama memanjatkan syukur sekaligus memohon kepada Tuhan YME untuk limpahan kesuburan tanah dan air termasuk kesejahteraan warga setempat. Usai memanjatkan doa, acara makan-makan pun dimulai. Satu persatu tetenong dibuka dan seluruh masyarakat yang hadir dipersilahkan mengambil makanan dengan menggunakan takir yaitu wadah yang terbuat dari anyaman daun kelapa sebagai wadahnya. Dengan tertib warga mengambil dan menikmati hidangan khas masyarakat setempat. “Acara sedekah bumi ini sebagai refleksi permohonan lindungan dari Tuhan sekaligus diungkapkan dalam kegiatan saling berbagi makanan yang dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa melihat pangkat maupun status sosial”.
Share:

7 komentar:

Translate

Popular Posts

Recent Posts

Total Tayangan Halaman