Sejarah makam mbah kuwu
Pada saat itu kami menginjakkan kaki
dihalaman makam mbah kuwu sangkan tepatnya di daerah Cirebon girang ,kecamatan
talun kabupaten Cirebon.disana saya bertemu dengan narasumber kunceng atau
disebut dengan penjaga makam , dan saya melihat patung patung,ada seekor hewan
disekitar makam .saya langsung melanjutkan observasi didaerah tersebut .inilah
sejarah yang berada di makam mbah kuwu sangkan
Mbah Kuwu
Sangkan Cirebon atau Raden Mas Walangsungsang ini adalah sulung dari Prabu
Siliwangi dan Nyi Mas Subang Larang.Banyak orang yang masih mempercayai jika
Mbah Kuwu Sangkan belum, meski bentuk fisik makamnya ada di beberapa tempat.
Seperti di Gunung Sembung, Desa Astana yang menjadi tempat peristirahatan
terakhir Sunan Gunung Jati dan di Kampung Girang, Desa Cirebon Girang,
Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Petilasannya bahkan sampai di tanah Dieng,
Jawa Tengah.
Mbah Kuwu
Sangkan ini konon masih sering mengembara. Mengunjungi tempat-tempat di mana
dulunya ia pernah berdakwah dan
mensyiarkan agama Allah.Diantaranya, Majalengka, Kuningan, Indramayu,
Sumedang, Subang, Bogor, Banten, Garut, Karawang bahkan hingga ke Madura untuk
mengunjungi Makam Mbah Kholil.
Pengembaraan
Mbah Kuwu Sangkan juga dinilai cukup unik. Mbah Kuwu Sangkan seringkali
menyamar menjadi orang biasa yang mengaku dirinya adalah seorang musafir.
Namun, orang
yang mampu melihat sosok Mbah Kuwu Sangkan ini merasakan adanya ilmu yang tidak
biasa berada dalam diri Mbah Kuwu Sangkan.
Mbah Kuwu
Sangkan juga terkenal akan kesaktiannya. Kesaktian yang dimilikinya diantranya
Ajian Cakrabirawa, Ajian Pancawarna Tunggal Jati, Aji Waringin Sungsang dan
sebagainya.
ajian-ajian
inilah yang mampu menguatkan dakwahnya untuk menyebarkan islam jika diganggu
oleh-oleh musuhnya.
Selain
seorang waliyullah, Mbah Kuwu Sangkan juga seorang Umaroh, kepala pemerintahan.
Ia sempat menjadi seorang raja di Kerajaan Caruban atau Cerbon pada sekitar
1445 M.
Saat
memimpin kerajaan itu, usianya bahkan belum genap 22 tahun. Meski demikian, ia
mampu memegang kendali kerajaan hingga 38 tahun lamanya. Ia dikenal sebagai
salah satu raja yang kuat dalam sejarah islam Jawa Barat.
"Selain
jadi Raja dia juga jadi Kuwu ke II Cerbon. Sebelumnya pada usia 17 tahun ia dan
adiknya Lara Santang dan Kian Santang lari karena diusir dari Pajajaran akibat
meluk agama Allah," kata Tohir.
Mbah Kuwu
Sangkan, kata Tohir, kemudian lari ke Alas Banten. Tepatnya di wilayah yang
kini didiami suku Baduy yang konon adalah keturunan asli dari Mbah Kuwu
Sangkan.
Setelah
menetap cukup lama di alas Banten, Mbah Kuwu Sangkan kemudian menemui Sanghyang
Danuarsi di Gadog, Garut.
Disanalah
Mbah Kuwu Sangkan berguru kepada Sanghyang Danuarsi yang merupakan penasehat
Kerajaan Galuh. Sanghyang Danuarsi pun kemudian menikahkan Mbah Kuwu Sangkan
dengan putri satu-satunya, yakni Endang Geulis.
"Dari
pernikahan itu, Mbah Kuwu Sangka mendapatkan seorang putri. Namanya Dewi Pakungwati.
Yang besarnya menikah dengan keponakan Mbah Kuwu Sangkan. Yaitu Sunan
Gunungjati," katanya.
Untuk
menyempurnakan agamanya, Mbah Kuwu Sangkan oleh Sanghyang Danuarsi diminta
untuk menemui Syekh Dzatul Kahfi atau Syekh Nurjati di Amparan Jati atau yang
disebut Gunung Jati.
Usai berguru
dengan Syekh Nurjati ia disuruh untuk pergi menunaikan ibadah haji dan diberi
gelar Syekh Mursyahadatillah atau Somadullah.
Dan cirebon
merupakan salah satu daerah sentral penyebaran Islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat
masyhur hanya mengenal Syarif Hidyatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh
utama penyebar Islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon.
Tetapi jika
ditelusuri lebih jauh, tokoh babad alas Islam di Cirebon atau orang yang
pertama kali membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan (lahir
sekitar 1423 masehi).
Dalam
berbagai literatur menurut Mahrus, Mbah Kuwu mempunyai 5 nama yaitu Pangeran
Cakrabuana, Walang Sungsang, Haji Abdullah Iman, Syekh Somadullah, dan Mbah
Kuwu Sangkan Cirebon Girang itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar